MANOKWARI, cahayapapua.id- Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua Barat mencatat pada Agustus 2025 terjadi deflasi sebesar 0,99 persen m-to-m. Angka ini berbanding terbalik dengan bulan sebelumnya dan periode yang sama tahun lalu yang mengalami inflasi.
Secara tahunan y-on-y, Papua Barat juga mencatat deflasi sebesar 0,87 persen, sementara secara tahun kalender (Januari–Agustus 2025) tercatat deflasi 0,44 persen.
Kepala BPS Papua Barat, Merry menjelaskan, kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau menjadi penyumbang utama deflasi dengan andil 0,71 persen, disusul kelompok Transportasi dengan andil 0,28 persen.
Beberapa komoditas yang dominan menekan inflasi antara lain tomat, ikan cakalang, ikan tuna, tarif angkutan udara, dan bensin.
Sebaliknya, komoditas yang masih memberi andil inflasi di Papua Barat adalah bawang merah, beras, bayam, cabai rawit, serta ikan ekor kuning.
Secara spasial, deflasi terdalam terjadi di Manokwari sebesar 0,99 persen, sedangkan inflasi tertinggi tercatat di Kota Sorong sebesar 1,19 persen. Di Papua Barat Daya, seluruh kota Indeks Harga Konsumen (IHK) justru mengalami inflasi dengan laju inflasi bulanan 0,87 persen dan inflasi tahunan 1,88 persen.
BPS menegaskan, kondisi deflasi Papua Barat pada Agustus 2025 terutama dipengaruhi oleh turunnya harga kebutuhan pokok dan tarif transportasi, yang berdampak langsung pada daya beli masyarakat.
PSR-CP
