MANOKWARI, cahayapapua.id- Festival Budaya Flobamora di Kabupaten Manokwari resmi ditutup pada Minggu (28/9/2025) malam, setelah berlangsung meriah selama tiga hari. Penutupan ditandai dengan pengumuman juara lomba fashion show busana tradisional dan paduan suara.
Ketua Flobamora Manokwari, Eduardus Haleserens, menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya festival yang tidak hanya mencerminkan identitas budaya, tetapi juga mempererat persatuan masyarakat.
“Sebagai orang beriman, kita patut bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena seluruh rangkaian kegiatan berjalan baik. Generasi muda, orang tua, hingga anak-anak telah bersama-sama menjaga dan merawat budaya kita,” ujarnya.
Festival tahun ini mengangkat tema soliditas dan harmoni dalam menjaga kelestarian budaya. Eduardus menegaskan bahwa persatuan tidak hadir dengan sendirinya, melainkan harus terus dibangun, dijaga, dan didukung bersama.
“Walaupun kita berasal dari latar belakang berbeda, baik suku maupun agama, kita bisa bersatu di tanah Papua Barat ini. Inilah wujud nyata soliditas yang harus kita pertahankan,” tegasnya.
Salah satu agenda yang paling menarik perhatian adalah fashion show busana tradisional, diikuti perwakilan dari berbagai kabupaten. Penampilan generasi muda dengan pakaian adat beragam mendapat apresiasi tinggi, meski dewan juri sempat mencatat beberapa kekurangan teknis.
“Anak-anak muda tampil percaya diri, menampilkan keragaman busana tradisional dengan sangat baik. Mereka adalah agen perubahan yang akan melestarikan budaya di masa depan,” kata Eduardus.
Festival tahun ini juga menjadi momentum lahirnya organisasi baru, Tungku Flores Timur, yang resmi dibentuk sebagai wadah kebersamaan masyarakat. Menurut Eduardus, kehadiran organisasi ini memperkuat semangat persatuan dan gotong royong.
“Kami bangga karena teman-teman Flores Timur akhirnya bersepakat membentuk satu organisasi resmi. Ini menunjukkan bahwa kita semakin solid dalam membangun kebersamaan,” tambahnya.
Eduardus berharap Festival Budaya Flobamora dapat menjadi agenda tahunan dengan dukungan pemerintah daerah dan berbagai pihak lainnya. Ia menekankan pentingnya mempromosikan nilai-nilai budaya, tidak hanya melalui kegiatan langsung, tetapi juga lewat media sosial.
“Festival tahun 2025 ini memang sudah ditutup, tapi semangat soliditas dan harmoni jangan berhenti di sini. Mari kita terus perkuat persatuan untuk masa depan yang lebih baik,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Flobamora Papua Barat, Clinton C. Tallo, menegaskan bahwa festival ini merupakan perayaan kekayaan budaya Nusa Tenggara Timur (NTT) yang luar biasa.
“NTT kaya akan warisan budaya, terdiri dari puluhan suku bangsa dengan adat istiadat beragam. Semua itu adalah kekuatan besar yang menyatukan kita sebagai bangsa Indonesia,” katanya.
Clinton menambahkan, festival bukan hanya menampilkan seni, tari, musik, dan kerajinan tangan, tetapi juga menjadi ruang perayaan kebersamaan, persatuan, serta saling memahami dalam keberagaman.
“Tugas kita bukan hanya menjaga, tetapi juga berinovasi dalam mengembangkan kebudayaan. Dengan inovasi, seni dan budaya kita bisa bersaing, tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga internasional,” ujarnya.
Ia pun menyampaikan apresiasi kepada seluruh panitia, dewan juri, pemerintah daerah, dan semua pihak yang berkontribusi menyukseskan festival.
“Semoga Festival Budaya Flobamora di Manokwari semakin memperkuat persatuan dan kebersamaan kita, sekaligus menjadi motivasi untuk terus menjaga dan melestarikan budaya bangsa,” tandasnya.
PSR-CP