JAYAPURA, cahayapapua.id—Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku, mengajak masyarakat menggunakan bright gas. Pertamina mulai menjalankan program konversi dari minyak tanah ke gas. Upaya ini dalam rangka pemerataan energi.
Edi Mangun selaku Area Manager Comm, Rel & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku melalui keterangan resmi, Rabu (1/11/2023) mengatakan, program tersebut sebenarnya sudah dicanangkan dari lama.
“Kita juga sudah sering melakukan sosialisasi terkait penggunaan LPG yang aman, baik dan benar. Hari ini kita lakukan sosialisasi penggunaan LPG yang aman dan sekalian ada penyerahan tabung Bright Gas 5,5 kg dan kompor gas yang ditukarkan dengan kompor minyak tanah kepada masyarakat yang membeli Bright Gas di event Garuda Travel Fair kemarin,” kata Edi.
Edi mengajak masyarakat yang berada di wilayah Indonesia Timur agar segera beralih menggunakan Liquified Petroleum Gas (LPG) Bright Gas. Menurutnya dari pelaksanaan sosialisasi dan penjualan Bright Gas yang dilakukan, terlihat antuasiasme masyarakat cukup tinggi dan tertarik menggunakan Bright Gas 5,5 kg dan 12 kg.
“Kemarin dari data yang kita cek sekira 40 transaksi untuk pembelian tabung Bright Gas dan penukaran kompor mitan (minyak tanah) ke kompor gas. Ini kami lihat sekarang masyarakat begitu antusias dengan adanya promo beli tabung Bright Gas dapat kompor gas,” lanjut Edi.
Edi menjelaskan, minyak tanah merupakan beban subsidi pemerintah. Selain itu ada konversi minyak tanah ke LPG, minyak tanah dapat digunakan untuk BBM Avtur (Aviation Turbine) atau satu jenis bahan bakar penerbangan yang dirancang untuk digunakan pada pesawat terbang yang bermesin turbin gas.
“Selama ini kan, minyak tanah digunakan untuk masak air, bisa juga buat bakar sampah, dan ini bisa diolah menjadi bahan bakar penerbangan. Mari bersama kita bantu negara dengan meninggalkan minyak tanah dan beralih menggunakan LPG,” ucapnya.
Edi mengakui, Pertamina membangun SPBE untuk mengejar ketertinggalan pemerataan energi nasional dan terus berupaya melaksanakan sosialisasi agar masyarakat wilayah Papua Maluku dapat beralih dari minyak tanah ke LPG.
Di sisi lain, untuk mengejar ketertinggalan dalam kaitan pemerataan energi, Pertamina terus melakukan sosialisasi ke masyarakat di Papua dan Maluku untuk menggunakan LPG.
“Secara nasional konversi dari minyak tanah ke gas sudah dilakukan sejak lama, kita mencoba untuk mengejar ketertinggalan ini dimulai dari pembangunan SPBE di wilayah Papua Maluku agar pemerataan energi ini bisa menyentuh hingga di ujung timur Indonesia,” imbuh Edi.
Edi menerangkan, bahwa dari sisi ekonomi dan penggunaan LPG lebih memudahkan masyarakat.
“Kita coba melakukan penghitungan biaya membeli minyak tanah untuk penggunaan selama dua minggu, rata-rata setiap keluarga sebanyak 14 liter maka biaya yang dikeluarkan sebesar Rp117 ribu, sedangkan untuk isi ulang LPG Rp105 ribu, belum lagi kaitan dengan kerepotan yang ditimbulkan, tentunya menggunakan elpiji lebih aman, praktis dan mudah,” katanya.
Saat pengantaran tabung gas ke rumah konsumen, Bela, salah satu konsumen yang baru menggunakan LPG mengungkapan ketakutan akan bahaya ledakan gas yang terjadi jika memakai tabung gas.
Edi menamvahkan, program konversi minyak tanah ke gas belum secara resmi diberlakukan di wilayah Papua Maluku. Sebagian besar masyarakat masih menggunakan minyak tanah. Dengan sosialisasi yang masif, masyarakat diharapkan akan segera beralih menggunakan LPG.
“Saatnya beralih ke gas supaya pemerataan energi dapat terjadi. Jangan takut menggunakan gas karena sebenarnya ini lebih aman dan praktis,” pungkas Edi. (*/BMB-CP)










