JAKARTA, cahayapapua.id- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kinerja Pasar Modal Indonesia yang solid, berintegritas, dan berdaya tahan sepanjang tahun 2025, meskipun dihadapkan pada berbagai dinamika global seperti ketidakpastian kebijakan moneter, tensi geopolitik, serta tekanan dan sentimen perdagangan pada awal tahun.
Ketahanan pasar modal nasional tersebut tercermin dari penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), pertumbuhan kapitalisasi pasar, peningkatan aktivitas transaksi dan penghimpunan dana, serta lonjakan jumlah investor domestik, khususnya dari kalangan generasi muda.
Hal tersebut disampaikan Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, dalam sambutannya pada Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2025 di Jakarta, Selasa (30/12/2025).
Inarno menegaskan bahwa capaian positif tersebut merupakan hasil kolaborasi erat antara OJK, Self-Regulatory Organization (SRO), pelaku industri, dan seluruh pemangku kepentingan Pasar Modal Indonesia.
“Pasar Modal Indonesia menunjukkan resiliensi dan daya saing yang semakin menguat. Berbagai tantangan telah menguji ketangguhan dan ketahanan kita dalam mendorong pertumbuhan pasar modal yang berkelanjutan dan memperkokoh pondasi Pasar Modal Indonesia ke depan. Capaian ini tentu tidak terjadi secara kebetulan, tetapi merupakan hasil dari kerja keras, sinergi, dan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan di industri pasar modal,” ujar Inarno.
Kegiatan tersebut turut dihadiri Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono, jajaran direksi dan komisaris SRO, serta perwakilan pimpinan pelaku industri pasar modal.
Dalam konferensi pers penutupan perdagangan BEI Tahun 2025, Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek OJK, Eddy Manindo Harahap, memaparkan capaian kinerja pasar modal hingga 19 Desember 2025.
Ia menjelaskan, IHSG tumbuh sebesar 22,10 persen secara year to date (ytd) dan ditutup pada level 8.644,26. Kapitalisasi pasar menembus Rp15.810 triliun atau tumbuh 28,16 persen ytd, melampaui target Roadmap Pasar Modal dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), dengan rasio market cap terhadap PDB 2024 mencapai 71,41 persen.
Di pasar obligasi, Indonesia Composite Bond Index (ICBI) juga menguat 12,10 persen ytd ke level 440,19. Sementara itu, industri pengelolaan investasi mencatat dana kelolaan sebesar Rp1.039 triliun atau tumbuh 24,16 persen ytd.
Penghimpunan dana di pasar modal sepanjang 2025 mencapai Rp268,14 triliun dari 210 penawaran umum, termasuk 18 emiten baru saham dan dua emiten Efek Beragun Syariah (EBUS), melampaui target Rp220 triliun. Selain itu, penghimpunan dana melalui Securities Crowdfunding (SCF) tercatat sebesar Rp1,808 triliun secara akumulatif dari 968 penerbit.
Dari sisi perdagangan karbon, volume transaksi akumulatif sejak 26 September 2023 hingga 29 Desember 2025 mencapai 1,6 juta ton CO2 ekuivalen dengan nilai Rp80,75 miliar. Perdagangan tersebut diikuti oleh 150 perusahaan dengan ketersediaan unit karbon sebesar 2,67 juta ton CO2 ekuivalen.
Pertumbuhan investor ritel juga mencatatkan rekor baru. Jumlah Single Investor Identification (SID) bertambah 5,34 juta investor baru sehingga total mencapai 20,2 juta SID. Dari jumlah tersebut, 79 persen didominasi generasi berusia di bawah 40 tahun, yang menegaskan momentum inklusi keuangan dan pendalaman basis investor domestik.
Dalam rangka menjaga integritas pasar, sepanjang tahun 2025 OJK telah melakukan 219 pemeriksaan teknis dan 155 pemeriksaan khusus terhadap dugaan pelanggaran, dengan 116 kasus terkait transaksi saham. OJK juga menjatuhkan 120 sanksi administratif kasus pelanggaran, 1.180 sanksi keterlambatan laporan, serta 65 sanksi non-kasus lainnya berupa enam pencabutan izin, enam perintah tertulis, dan 329 peringatan tertulis, dengan total denda administratif mencapai Rp123,3 miliar.
Sepanjang 2025, OJK juga menerbitkan 10 Peraturan OJK (POJK) dan enam Surat Edaran OJK/PADK. Beberapa regulasi strategis di antaranya POJK 1/2025 tentang Derivatif Keuangan Berbasis Efek sebagai milestone pengawasan derivatif dengan underlying Efek, POJK 9/2025 tentang Dematerialisasi Efek Ekuitas dan Aset Tidak Diklaim, serta POJK 15/2025 terkait pemeringkatan Reksa Dana dan Manajer Investasi berbasis rating dan ranking.
OJK turut meluncurkan buku “Mengenal dan Memahami Perdagangan Karbon bagi Sektor Jasa Keuangan” pada 15 Juli 2025 sebagai rujukan industri dan publik dalam memperkuat ekosistem ekonomi hijau. Selain itu, dilakukan integrasi layanan melalui penyatuan SPRINT OJK dan SPEK KSEI untuk pendaftaran Reksa Dana guna mewujudkan proses perizinan yang lebih cepat, akurat, dan terpusat.
Memasuki tahun 2026, OJK menetapkan empat agenda strategis, yakni pendalaman pasar melalui penguatan sisi supply, demand, dan infrastruktur pengawasan; peningkatan integritas pasar melalui efektivitas sanksi dan kualitas emiten; penguatan kelembagaan Perusahaan Efek dan Manajer Investasi termasuk ketahanan siber dan pengendalian internal; serta pengembangan keuangan berkelanjutan melalui perluasan pengguna jasa bursa karbon dan penyusunan roadmap keberlanjutan 2026-2030.
OJK bersama SRO mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk terus memperkuat sinergi dengan pemerintah, industri, dan masyarakat guna mendukung program strategis nasional serta mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat, inklusif, dan berkelanjutan. (rls)
PSR-CP










