MANOKWARI, cahayapapua.id—Simpul Jaringan Gambut Provinsi Papua Barat menyarankan, Gubernur Papua Barat dan Bupati Fakfak, mendesak partisipasi PT Rimbun Sawit Papua (RSP). Untuk terlibat aktif mencegah dan mengatasi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di daerah itu.
Gabungan organisasi masyarakat sipil yang terdiri atas Perkumpulan Panah Papua, Perkumpulan Mnukwar dan Perkumpulan Oase menyatakan, salah satu lokasi kebakaran masuk dalam wilayah kerja PT RSP.
Koordinator Simpul Jaringan Gambut Papua Barat Sulfianto Alias menilai, dalam 2 hari terakhir telah terjadi karhutla yang cukup mengganggu aktivitas masyarakat. Sebab kemarau panjang ini baru dimulai, dan diperkirakan waktu musim kemarau masih cukup lama akibat adanya fenomena el nino.
“Karhutla terjadi di Kampung Wonodadi Mulya dan Warisa Mulya. Khusus untuk Kampung Wonodadi mulya, sebagian besar wilayah administrasi kampung merupakan wilayah kerja PT RSP,” ujar Sulfianto melalui keterangan resmi, Selasa (15/8/2023).
Kata Sulfianto, terdapat ekosistem gambut yang di dalam wilayah kampung Wonodadi Mulya, dan di dalam wilayah tersebut juga ada izin PT RSP.
“Ekosistem gambut ini merupakan ekosistem yang rentan terhadap kebakaran apa lagi pada kondisi kemarau yang sedang terjadi,” jelasnya.
Anggota Simpul Jaringan Pantau Gambut Papua Barat Damianus Walilo menyatakan, gubernur Papua Barat harus siap siaga mengatasi karhutla melalui penanganan yang tepat, turun tangan dan berkolaborasi dengan pemerintah kabupaten Fakfak.
Menurutnya, bencana karhutla ini berpotensi memberikan dampak terhadap kesehatan masyarakat adat maupun masyarakat lokal. Sangat beresiko menderita penyakit ISPA akibat asap yang ditimbulkan.
“Karhutla juga bisa mengganggu aktivitas pelayanan publik. Tahun 2015, ketika karhutla terjadi penerbangan di Bandara Torea sempat ditutup akibat gangguan kabut asap,” ucapnya.
Fenomena el nino yang terjadi pada tahun ini, tambah Damianus, menyebabkan musim kemarau yang lumayan panjang. Selain menyulut potensi karhutla, kemarau panjang juga bisa menyebabkan berkurangnya suplai air untuk tanaman pertanian masyarakat.
“Kita sudah melihat kekeringan yang terjadi di kabupaten Puncak yang memakan korban. Kita tidak ingin kejadian yang sama terjadi di kabupaten Fakfak,” ungkap Damianus
Simpul Jaringan Gambut juga mengingatkan, pemprov Papua Barat meningkatkan kesiapsiagaan terhadap ancaman karhutla di wilayah Papua Barat. Berdasarkan data sebaran titik panas (hotspot), sejumlah kabupaten rawan terjadi karhutla.
“Kabupaten Pegunungan Arfak, Manokwari Selatan dan kabupaten Teluk Bintuni perlu menjadi perhatian. Tercatat terdapat 92 hotspot yang terdeteksi dalam satu bulan terakhir. Trend hotspot ini semakin meningkat dalam 3 bulan terakhir,” tutup Damianus. (BMB-CP)










